REF:INSPIRASI KEHIDUPAN By: Pdt Yahya Mulyono
KUNCI SUKSES PERNIKAHAN
Kidung Agung 8: 6 – 7 Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu,
seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut,
kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api,
seperti nyala api TUHAN! Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta,
sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala
harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina
“Pernikahan bukanlah permainan, tetapi sebuah seni dan proses pembelajaran.”
■Mengapa pernikahan seperti sebuah seni? Karena dalam pernikahan kita
membutuhkan seni membangun hubungan, seni berkomunikasi, dan seni
membangun sebuah keindahan.
■Pernikahan juga adalah sebuah
proses pembelajaran yang terus-menerus. Setiap pribadi yang ada dalam
pernikahan itu akan terus belajar bagaimana memberi dan menerima dan
memberikan yang terbaik bagi pasangannya.
Bagaimana membangun
sebuah pernikahan yang kokoh, yang dapat dijadikan teladan? Membangun
pernikahan sama seperti membangun sebuah rumah. Diperlukan tiga hal yang
pokok, yaitu: fondasi, pilar, dan atap.
1. Fondasi
Dalam
membangun sebuah gedung yang paling penting adalah fondasinya. Demikian
juga pernikahan. Fondasi yang kita perlukan dalam membangun sebuah
keluarga adalah Iman kepada Allah, di dalam Yesus Kristus.
Keluarga
kita harus dibangun di atas dasar iman kita kepada Allah. Jika bukan
Tuhan yang membangun rumah/keluarga kita ini maka sia-sia saja upaya
kita untuk membangunnya, begitu kata pemazmur.
Apabila kita
mengimani bahwa pasangan hidup kita adalah pemberian Allah, maka kita
akan mempertanggungjawabkan pernikahan kita kepada Allah agar jadi
teladan bagi sesama. Kita akan membangun keluarga kita agar menjadi
sebuah keluarga yang menjadi berkat bagi sesama.
2. Pilar
Pilar untuk membangun sebuah pernikahan dan keluarga yang kokoh adalah
Cinta. Cinta yang bagaimana? Cinta yang siap untuk memberi. Cinta yang
seperti ini akan memberi inspirasi bagi kita untuk selalu menjaga
hubungan dekat dan keharmonisan dengan pasangan kita.
Cinta mempunyai tiga komponen, yaitu: Keintiman, Komitmen, dan Kegairahan pada pasangan kita.
3. Atap Keluarga
Bagian bangunan untuk membangun pernikahan yang kokoh ialah atap
keluarga. Atap bangunan berkualitas adalah Komunikasi dalam Keluarga
yang membangun keterbukaan dan kepercayaan. Tanpa komunikasi yang sehat
keluarga berada dalam bahaya. Ketika komunikasi terhenti ketidaknormalan
terjadi.
Bangunlah keluarga dengan pondasi iman kepada Allah
agar melihat bahwa pernikahan ini adalah sebuah perjalanan anda bersama
dengan Allah, lanjutkan dengan pilar berkeluarga dengan cinta yang
tulus dan kokoh pada pasangan yang di dalamnya ada keintiman, komitmen,
dan kegairan pada pasangan kita; dan kemudian lengkapilah dengan atap
keluarga yang berupa komunikasi yang membangun kepercayaan dan
keterbukaan.
Be blessed! Pdt. Jotje Hanri Karuh (blessedday4us)
REF:INSPIRASI KEHIDUPAN By: Pdt Yahya Mulyono
KUNCI SUKSES PERNIKAHAN
Kidung Agung 8: 6 – 7 Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN! Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina
“Pernikahan bukanlah permainan, tetapi sebuah seni dan proses pembelajaran.”
■Mengapa pernikahan seperti sebuah seni? Karena dalam pernikahan kita membutuhkan seni membangun hubungan, seni berkomunikasi, dan seni membangun sebuah keindahan.
■Pernikahan juga adalah sebuah proses pembelajaran yang terus-menerus. Setiap pribadi yang ada dalam pernikahan itu akan terus belajar bagaimana memberi dan menerima dan memberikan yang terbaik bagi pasangannya.
Bagaimana membangun sebuah pernikahan yang kokoh, yang dapat dijadikan teladan? Membangun pernikahan sama seperti membangun sebuah rumah. Diperlukan tiga hal yang pokok, yaitu: fondasi, pilar, dan atap.
1. Fondasi
Dalam membangun sebuah gedung yang paling penting adalah fondasinya. Demikian juga pernikahan. Fondasi yang kita perlukan dalam membangun sebuah keluarga adalah Iman kepada Allah, di dalam Yesus Kristus.
Keluarga kita harus dibangun di atas dasar iman kita kepada Allah. Jika bukan Tuhan yang membangun rumah/keluarga kita ini maka sia-sia saja upaya kita untuk membangunnya, begitu kata pemazmur.
Apabila kita mengimani bahwa pasangan hidup kita adalah pemberian Allah, maka kita akan mempertanggungjawabkan pernikahan kita kepada Allah agar jadi teladan bagi sesama. Kita akan membangun keluarga kita agar menjadi sebuah keluarga yang menjadi berkat bagi sesama.
2. Pilar
Pilar untuk membangun sebuah pernikahan dan keluarga yang kokoh adalah Cinta. Cinta yang bagaimana? Cinta yang siap untuk memberi. Cinta yang seperti ini akan memberi inspirasi bagi kita untuk selalu menjaga hubungan dekat dan keharmonisan dengan pasangan kita.
Cinta mempunyai tiga komponen, yaitu: Keintiman, Komitmen, dan Kegairahan pada pasangan kita.
3. Atap Keluarga
Bagian bangunan untuk membangun pernikahan yang kokoh ialah atap keluarga. Atap bangunan berkualitas adalah Komunikasi dalam Keluarga yang membangun keterbukaan dan kepercayaan. Tanpa komunikasi yang sehat keluarga berada dalam bahaya. Ketika komunikasi terhenti ketidaknormalan terjadi.
Bangunlah keluarga dengan pondasi iman kepada Allah agar melihat bahwa pernikahan ini adalah sebuah perjalanan anda bersama dengan Allah, lanjutkan dengan pilar berkeluarga dengan cinta yang tulus dan kokoh pada pasangan yang di dalamnya ada keintiman, komitmen, dan kegairan pada pasangan kita; dan kemudian lengkapilah dengan atap keluarga yang berupa komunikasi yang membangun kepercayaan dan keterbukaan.
Be blessed! Pdt. Jotje Hanri Karuh (blessedday4us)
Kidung Agung 8: 6 – 7 Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN! Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina
“Pernikahan bukanlah permainan, tetapi sebuah seni dan proses pembelajaran.”
■Mengapa pernikahan seperti sebuah seni? Karena dalam pernikahan kita membutuhkan seni membangun hubungan, seni berkomunikasi, dan seni membangun sebuah keindahan.
■Pernikahan juga adalah sebuah proses pembelajaran yang terus-menerus. Setiap pribadi yang ada dalam pernikahan itu akan terus belajar bagaimana memberi dan menerima dan memberikan yang terbaik bagi pasangannya.
Bagaimana membangun sebuah pernikahan yang kokoh, yang dapat dijadikan teladan? Membangun pernikahan sama seperti membangun sebuah rumah. Diperlukan tiga hal yang pokok, yaitu: fondasi, pilar, dan atap.
1. Fondasi
Dalam membangun sebuah gedung yang paling penting adalah fondasinya. Demikian juga pernikahan. Fondasi yang kita perlukan dalam membangun sebuah keluarga adalah Iman kepada Allah, di dalam Yesus Kristus.
Keluarga kita harus dibangun di atas dasar iman kita kepada Allah. Jika bukan Tuhan yang membangun rumah/keluarga kita ini maka sia-sia saja upaya kita untuk membangunnya, begitu kata pemazmur.
Apabila kita mengimani bahwa pasangan hidup kita adalah pemberian Allah, maka kita akan mempertanggungjawabkan pernikahan kita kepada Allah agar jadi teladan bagi sesama. Kita akan membangun keluarga kita agar menjadi sebuah keluarga yang menjadi berkat bagi sesama.
2. Pilar
Pilar untuk membangun sebuah pernikahan dan keluarga yang kokoh adalah Cinta. Cinta yang bagaimana? Cinta yang siap untuk memberi. Cinta yang seperti ini akan memberi inspirasi bagi kita untuk selalu menjaga hubungan dekat dan keharmonisan dengan pasangan kita.
Cinta mempunyai tiga komponen, yaitu: Keintiman, Komitmen, dan Kegairahan pada pasangan kita.
3. Atap Keluarga
Bagian bangunan untuk membangun pernikahan yang kokoh ialah atap keluarga. Atap bangunan berkualitas adalah Komunikasi dalam Keluarga yang membangun keterbukaan dan kepercayaan. Tanpa komunikasi yang sehat keluarga berada dalam bahaya. Ketika komunikasi terhenti ketidaknormalan terjadi.
Bangunlah keluarga dengan pondasi iman kepada Allah agar melihat bahwa pernikahan ini adalah sebuah perjalanan anda bersama dengan Allah, lanjutkan dengan pilar berkeluarga dengan cinta yang tulus dan kokoh pada pasangan yang di dalamnya ada keintiman, komitmen, dan kegairan pada pasangan kita; dan kemudian lengkapilah dengan atap keluarga yang berupa komunikasi yang membangun kepercayaan dan keterbukaan.
Be blessed! Pdt. Jotje Hanri Karuh (blessedday4us)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar